Dalam dunia profesional—baik konstruksi, pertambangan, maupun instansi pemerintah—data spasial bukan sekadar gambar cantik. Data adalah bahan bakar keputusan. Dan di sinilah dilema muncul: lebih baik pakai drone fotogrametri atau drone LiDAR?
Jawabannya tidak sesederhana “mana lebih bagus.” Keduanya punya keunggulan, kelemahan, dan konsekuensi biaya yang berbeda. Mari kita bedah dengan lugas.

Drone Fotogrametri: Efisien, Ekonomis, Tapi Ada Batasnya
Fotogrametri adalah metode paling populer. Drone terbang rendah, ambil ratusan hingga ribuan foto, lalu software menyusunnya menjadi orthophoto atau model 3D.
Kelebihan:
- Biaya lebih murah dibanding LiDAR.
- Visual detail: hasil berupa foto resolusi tinggi yang bisa dipakai langsung.
- Cepat diterapkan: hampir semua drone kamera bisa digunakan.
Kekurangan:
- Sulit menembus vegetasi: area berhutan atau lahan dengan pepohonan rapat jadi masalah.
- Akurasi elevasi terbatas: terutama di kontur yang tertutup kanopi.
- Butuh kondisi cahaya baik: hasil bisa terpengaruh cuaca mendung atau bayangan panjang.
👉 Untuk proyek perumahan, perkotaan, atau lahan terbuka, fotogrametri sudah cukup dan ekonomis.
Drone LiDAR: Presisi Centimeter, Menembus Kanopi
LiDAR (Light Detection and Ranging) menembakkan laser ribuan kali per detik ke permukaan bumi. Hasilnya adalah point cloud dengan jutaan titik 3D.
Kelebihan:
- Akurasi centi-level: sangat presisi untuk konstruksi dan tambang.
- Menembus vegetasi: bisa menghasilkan Digital Terrain Model (DTM) bersih dari pohon & bangunan.
- Output beragam: DEM, kontur CAD, volume galian/timbunan, mesh 3D.
Kekurangan:
- Biaya lebih tinggi: sensor mahal, data processing kompleks.
- Butuh operator berpengalaman: tidak semua tim bisa olah point cloud dengan benar.
👉 Untuk proyek besar seperti jalan tol, bendungan, atau tambang terbuka, LiDAR bukan sekadar opsi—ia jadi standar baru.
Studi Kasus Nyata
- Fotogrametri: Survey 30 hektar lahan perumahan di Bandung. Drone kamera menghasilkan orthophoto jelas, cukup untuk perencanaan kavling. Waktu pengerjaan 2 hari, biaya hemat.
- LiDAR: Survey tambang batubara 250 hektar di Kalimantan. Fotogrametri gagal membaca kontur di bawah vegetasi. LiDAR menghasilkan DTM akurat, audit volume bisa dipertanggungjawabkan ke regulator.
Biaya: Detail yang Perlu Kamu Pahami
Ketika bicara biaya, jangan terjebak pada perbandingan kasar. Fotogrametri dan LiDAR bekerja dengan cara berbeda, sehingga hitungan biayanya juga tidak bisa dipukul rata.
- Fotogrametri: kisaran Rp 800 ribu – Rp 2 juta/ha. Umumnya sudah mencakup orthophoto resolusi tinggi, cukup untuk proyek properti atau pemetaan dasar.
- LiDAR: kisaran Rp 2 juta – Rp 5 juta/ha. Biaya ini meliputi akuisisi data laser, klasifikasi point cloud, hingga output DTM/DSM/kontur CAD yang siap dipakai insinyur.
📌 Namun, angka di atas bukan patokan kaku. Ada banyak variabel yang bisa membuat harga naik atau turun:
- Luas area: semakin besar, harga per hektar cenderung lebih rendah.
- Jenis output: orthophoto saja lebih murah, point cloud 3D lengkap jelas lebih mahal.
- Lokasi proyek: faktor mobilisasi, demobilisasi, akomodasi tim bisa signifikan.
- Izin terbang & regulasi: area dekat bandara atau perkotaan biasanya butuh prosedur tambahan.
👉 Inilah kenapa konsultasi awal sangat penting. Dengan diskusi, kamu bisa tahu apakah proyekmu lebih hemat menggunakan fotogrametri atau lebih aman menggunakan LiDAR.
Kesimpulan: Pilih Sesuai Kebutuhan, Bukan Tren
- Fotogrametri: visual tajam, cepat, ekonomis → cocok untuk proyek terbuka, dokumentasi, dan mapping skala kecil–menengah.
- LiDAR: akurat, menembus vegetasi, serbaguna → cocok untuk proyek tambang, hutan, jalan, bendungan.
Kalau kamu ingin solusi terbaik untuk proyekmu, konsultasikan dulu dengan tim profesional. Nayaka Aerial menyediakan jasa drone pemetaan profesional yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk bacaan lanjutan soal faktor-faktor biaya, kamu juga bisa cek artikel kami tentang penentuan harga survey UAV di website ini.
Dan jangan lupa, USGS menegaskan bahwa LiDAR unggul dalam penetrasi vegetasi dan menghasilkan data elevasi yang lebih akurat dibanding fotogrametri【✅ USGS】.
FAQ
- Apakah LiDAR selalu lebih baik dari fotogrametri?
Tidak. Untuk lahan terbuka, fotogrametri sudah cukup. LiDAR unggul di area vegetasi rapat. - Apakah biaya LiDAR bisa dinegosiasikan?
Bisa. Harga sangat variatif tergantung output dan skala proyek. - Apakah fotogrametri bisa dipakai untuk tambang?
Bisa, tapi akurasinya terbatas jika vegetasi menutup area pit atau timbunan. - Berapa lama pengerjaan LiDAR dibanding fotogrametri?
Fotogrametri 2–3 hari. LiDAR bisa 5–7 hari karena proses data lebih kompleks. - Apakah Nayaka Aerial menyediakan keduanya?
Ya, kami melayani baik fotogrametri maupun LiDAR.
👉 Konsultasi Gratis & Penawaran Harga Fleksibel di WhatsApp
Disclaimer
Tulisan ini disusun sebagai informasi umum. Data harga, estimasi, maupun contoh kasus bisa berbeda dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Gunakan artikel ini sebagai gambaran awal, bukan acuan final. Untuk keputusan proyek, lakukan konsultasi langsung agar lebih akurat.